Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Vaksinasi: Telaah Sosiologis

Senin, 18 Januari 2021 10:00 WIB
Dr. Tantan Hermansah, Pengampu MK Sosiologi Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, Anggota Komisi Infokom MUI Pusat
Dr. Tantan Hermansah, Pengampu MK Sosiologi Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, Anggota Komisi Infokom MUI Pusat

 Sebelumnya 
Tata tindak adalah refleksi paling nyata dan bisa diidentifikasi ketika tata nilai diekspresikan dalam realitas atau ruang sosial. Tata tindak ini bisa ditunjukkan secara verbal seperti menyatakan secara terbuka dan bisa diketahui oleh banyak orang, atau secara tertutup seperti pada gestur tubuh atau mimik wajah. Intinya adalah tata tindak merupakan wujud nyata yang bisa dipahami oleh orang lain ketika memberi respon sesuatu isu: menerima atau menolak. Misalnya dalam konteks vaksin, mereka yang membuat produk-produk untuk menyakinkan masyarakat (publik) untuk menerima atau menolak merupakan bentuk dari tata tindak ini.

Terakhir adalah tata ajak. Tata ajak merupakan bentuk tindakan yang tidak hanya berakhir pada diri sendiri, tetapi sudah dimaksudkan untuk menjadikan orang lain sebagai bagian dari keyakinan dan tindakannya. Dengan kata lain, tata ajak menyangkut berbagai cara dalam memproduksi, mereplikasi, mendistribusikan berbagai informasi tentang suatu hal. Dalam konteks vaksin, tata ajak adalah beragam narasi yang diproduksi dan berbentuk ajakan, himbauan, dan informasi apa pun yang berkaitan dengan tindakan untuk menerima atau menolak vaksinasi. ***

Baca juga : Program Vaksinasi Bikin Saham PTPP Terbang Tinggi

Berangkat dari empat model relasional yang mewujud dalam tata sikap, tata nilai, tata tindak, dan tata ajak tersebut, maka kita bisa memahami posisi vaksin dalam masyarakat. Baik mereka yang menerima atau yang menolak sebenarnya merupakan realitas sosial yang punya pijakan—selembek apapun pijakan argumentasi mereka.

Namun demikian, realitas paling valid menyuguhkan satu fakta tidak terbantahkan bahwa pandemi Covid-19 ini telah mengakibatkan banyak hal, dan bahkan bisa dikatakan cukup “mengganggu” kehidupan sosial masyarakat saat ini. Di Indonesia saja, warga yang terdata secara resmi terpapar virus ini sudah melebihi 900.000 orang, dengan prediksi masih akan terus bertambah. Artinya, perlu dilakukan langkah-langkah strategis agar pertumbuhan mereka yang terinveksi semakin menurun.

Baca juga : Selain Vaksin, Rusia Klaim Temukan Obat Covid-19

Salah satu cara yang sampai saat ini masih paling masuk akal adalah melakukan vaksinasi massal. Ketika informasi akan dilakukan vaksinasi tersebut maka kita bisa melihat bagaimana tata sosial yang terwujud dalam empat tata di atas muncul mengharu-biru kehidupan sehari-hari kita. Sehingga muncul “meme” atau pernyataan dalam berbagai platform yang kurang lebih berbunyi “jika sebelumnya kita takut virus, sekarang takut divaksin”.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.