Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- Menkes: Kesehatan Salah Satu Modal Utama Capai Target Indonesia Emas 2045
- Jangan Sampai Kehabisan, Tiket Proliga Bisa Dibeli di PLN Mobile
- Temui Cak Imin, Prabowo Ingin Terus Bekerjasama Dengan PKB
- Jaga Rupiah, BI Naikkan Suku Bunga 25 Bps Jadi 6,25 Persen
- Buntut Pungli Rutan, KPK Pecat 66 Pegawainya
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
RM.id Rakyat Merdeka - Ratusan ribu warga di beberapa negara di Eropa dan Australia turun ke jalan pada akhir pekan lalu. Mereka menentang lockdown, kebijakan protokol kesehatan (prokes) ketat dan vaksinasi Covid-19.
Mayoritas aksi tersebut berujung ricuh sehingga memaksa polisi menembakkan gas air mata ke arah massa. Di Prancis, diperkirakan 160.000 warga turun ke jalan, Sabtu (24/7). Demo ini dipicu pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang akan membatasi warga belum divaksin ke restoran dan ruang publik.
“Kebebasan, kami mau kebebasan!” teriak demonstran sambil menyebut Macron diktator. Personel kepolisian kemudian menghadang mereka dengan menembakkan meriam air.
Di Italia, massa turun ke jalan akibat kebijakan pemberlakuan “sertifikat hijau” jika ingin mengunjungi tempat wisata. Sertifikat itu akan diberlakukan mulai awal bulan depan untuk makan di restoran dan mengunjungi bioskop.
Baca juga : Liga 1, LIB Janji Bakal Terapkan Prokes Secara Ketat
Sertifikat hijau ini mirip dengan kartu sehat yang menginfokan bahwa pemegang kartu sudah memenuhi syarat vaksinasi dan dinyatakan sehat.
Pemberlakuan kartu ini telah memicu demonstrasi dan kemarahan. Warga Roma, Napoli, dan Turin meneriakkan “kebebasan” dan “jatuhkan kediktatoran”. Banyak di antara peserta aksi tidak memakai masker sebagai bentuk protes mereka atas kebijakan Pemerintah.
Ribuan orang juga melakukan demo di London, Inggris. Diberitakan Associated Press kemarin, demonstran memprotes, aplikasi pelacakan yang digunakan Pemerintah Inggris membatasi pergerakan mereka. Lebih dari 600 ribu orang diminta untuk mengasingkan diri dalam satu pekan pada bulan ini.
Protes ini datang sepekan setelah sebagian besar pembatasan untuk memutus rantai penularan virus Corona di Inggris, dicabut.
Baca juga : Gegara Gaya Main, Dua Kali Presiden Milan Tolak Pogba
Situasi di belahan benua lain, di Australia, juga tidak jauh berbeda. Puluhan pengunjuk rasa ditangkap setelah pawai tidak sah di Sydney, kota terbesar di Australia, kemarin. Peserta menjuluki protes itu sebagai unjuk rasa “kebebasan”. Mereka membawa tanda dan spanduk bertuliskan “Bangun Australia”.
Aparat menyebutkan, sudah menangkap 57 pendemo. “Kepolisian NSW (New South Wales) mengakui dan mendukung hak individu dan kelompok menggunakan hak kebebasan berbicara dan berkumpul secara damai. Namun protes hari ini melanggar protokol kesehatan,” kata kepolisian dalam pernyataannya dikutip ABC, kemarin.
Demonstrasi yang lebih kecil juga terjadi di Melbourne. Massa menyalakan kembang api di depan Gedung Parlemen. Di Brisbane, aksi demo juga terjadi di Botanic Gardens.
Aksi massa itu dipicu pemberlakuan kembali lockdown di seluruh Negeri Kanguru itu. Sebab, peningkatan kasus positif Covid-19 mencapai rekor 163 pada Sabtu (25/7).
Baca juga : Bandara Soekarno-Hatta Terapkan Validasi Dokumen Kesehatan Digital
Di saat bersamaan, tingkat vaksinasi negara itu juga masih terendah di antara negara maju, yakni kurang dari 14 persen yang telah divaksinasi.
Menteri Kesehatan Negara Bagian New South Wales Brad Hazzard mengutip seruan Perdana Menteri NSW Gladys Berejiklian, yang meminta negara bagian lain mengirim dosis vaksin tambahan ke NSW. Ibu kota negara bagian NSW ini adalah Sydney.
NSW merupakan pintu gerbang untuk ke seluruh Australia. Menurut Hazzard, jika kasus semakin parah di wilayah itu akan menjadi masalah besar untuk seluruh negeri. Laporan Universitas Johns Hopkins, Australia mencatatkan 32.954 kasus serta 916 orang meninggal akibat Covid-19. [DAY]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya