Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Kunjungi PHC Indonesia

Menkes: Pengadaan Alkes Utamakan Produk Dalam Negeri

Kamis, 10 Juni 2021 23:40 WIB
Menkes Budi Gunadi Sadikin (kanan) bersama Wakil Ketua DPR, Rachmat Gobel meninjau pabrik PHC Indonesia, di Cikarang. (Foto: Antara)
Menkes Budi Gunadi Sadikin (kanan) bersama Wakil Ketua DPR, Rachmat Gobel meninjau pabrik PHC Indonesia, di Cikarang. (Foto: Antara)

RM.id  Rakyat Merdeka - Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin mengatakan, pemerintah akan lebih mendorong penggunaan alat kesehatan (alkes) produksi dalam negeri sehingga ketergantungan terhadap impor bisa berkurang sekaligus meningkatkan kegiatan ekonomi nasional. Untuk itu, mekanisme lelang pengadaan alkes oleh instansi pemerintah harus lebih memberi ruang yang lebih luas bagi pelaku industri alkes nasional.

“Jika selisih harga tidak terlalu besar, seharusnya produk dalam negeri lebih diutamakan,” kata Budi Gunadi Sadikin saat bersama Wakil Ketua DPR RI Korinbang Rachmat Gobel meninjau pabrik PHC Indonesia, salah satu perusahaan alat kesehatan yang berlokasi di Kawasan Industri MM 2100, Cikarang, Jawa Barat, Kamis (10/6).

Budi mengatakan, dari sisi kualitas cukup banyak produk lokal yang mampu bersaing. Namun dari sisi harga, produk dalam negeri masih kalah bersaing sehingga market share-nya masih di bawah 10 persen. “Untuk itu, kita akan berupaya memberi kemudahan kepada produk lokal, namun dalam target waktu tertentu misalnya 3 tahun. Setelah itu, produk lokal harus mampu bersaing,” kata Budi Sadikin.

Baca juga : Netizen Indonesia Paling Tidak Sopan, Begini Saran Pakar Siber

Peluang pasar alat kesehatan masih sangat terbuka karena kebutuhan dalam negeri sangat besar seperti alat ukur gula darah, ventilator, penyimpanan vaksin. “Suplai untuk produk-produk seperti ini akan terus kita besarkan,” ujarnya.

 Dalam kesempatan itu, Wakil Ketua DPR Korinbang, Rachmat Gobel mengapresiasi, langkah strategis yang akan dilakukan Budi Gunadi Sadikin. Rachmat menilai pemerintah memang perlu memberi perhatian dan stimulus yang lebih besar bagi pengembangan industri alat kesehatan nasional karena sampai saat ini ketergantungan terhadap impor sangat besar, diatas 90 persen.

Langkah Menkes ini, ungkap dia, tidak hanya akan mengurangi ketergantungan pada pasar luar negeri, dan sekaligus untuk menggerak ekonomi dan membuka lapangan kerja. “Potensi  industri alat kesehatan nasional sesungguhnya sangat besar, untuk itu perlu digarap secara lebih serius. Industri ini memang berbasis riset sehingga pengembangan membutuhkan biaya besar karena itu perlu dukungan penuh dari pemerintah,” kata Rachmat.

Baca juga : Indonesia Berpotensi Jadi Produsen dan Eksportir Produk Halal Terbesar Dunia

Terkait dengan kunjunga ke PHC Indonesia, Menkes mengakui, proses produksi perusahaan yang berbasis teknologi Jepang ini patut mendapat apresiasi. Tidak heran, sebagian besar produknya berhasil dipasarkan ke berbagai negara.

Perusahaan ini tercatat memproduksi berbagai alat kesehatan, termasuk yang terkait dengan penanganan Covid-19 seperti ventilator bersertifikat internasional, tipe Continuous Positive Airways Pressure (CPAP) Vent-I Esential 3.5, alat pendingin untuk penyimpanan vaksin berupa serangkaian peralatan biomedical freezer (pembeku biomedis) dan pharmaceutical refrigerator (pendingin farmasi). Alat ini dapat menyimpan vaksin dalam suhu -20 sampai -30 derajat celcius, seperti MDF-MU339 dengan volume 369 liter, MDF-MU539H dengan volume 504 liter, serta MDF-MU 539DH dengan volume 479 liter.

Menurut Direktur PHC Indonesia Dewanto Hari Sulaksono, ventilator Vent-I Esential 3.5.  merupakan hasil dengan Institut Teknologi Bandung (ITB). Alat ini diklaim efektif dan banyak dibutuhkan dalam menangani pasien Covid-19 fase 2, yaitu pasien yang masih bisa bernafas secara mandiri, namun saturasi oksigen nya di bawah 50 persen . Ventilator ini mampu meningkatkan oksigen pasien ke ke level yang cukup, yaitu di atas 50 persen secara terus menerus dengan tekanan terukur (5-15cmH2O). 

Baca juga : Menperin: Sepeda Lipat Kreuz Tak Kalah Dari Produk Impor

Melalui kerja sama tersebut, PHC Indonesia yang selama ini dikenal sebagai pelaku industri alat kesehatan yang lebih dari 85 persen di pasar ekspor, mampu menekan harga ventilator CPAP VEnti-I menjadi jauh lebih murah. Alat ini dijual dengan harga Rp 60 juta per unit, jauh di bawah produk impor Rp 180 juta-Rp 230 juta. Ini terjadi karena sebagian besar yaitu sekitar 60 persen dari komponen Ventilator CPAP Vent-I menggunakan produk lokal.

 Namun begitu, secara kualitas Ventilator CPAP Vent-I tidak kalah dengan produk impor karena mampu memenuhi standar internasional yaitu International Electronical Commission (IEC 60601) dan standar persyaratan ventilator (IEC80601), standar kompatibilitas elektro magnetik (Electro Magnetic Compatibility/EMC) EN55011 - CISPR 11.

“Ventilator CPAP Vent-I yang launching  sejak akhir Januari 2021 ini, saat ini sudah memasuki produksi massal oleh PT. PHC Indonesia. Kami mengandeng PT Gobel Dharma Nusantara sebagai distributor dan layanan purna jual,” kata Dewanto. [DIT]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.